Undangan

3/26/2017
Dokumen pribadi

Umur gue baru dua puluh tiga tahun.

Umur gue sudah dua puluh tiga tahun.

Terserah lu mau baca yang mana...

Umur segitu masih dapat digolongkan muda jika menikah. TAPI, terlalu tua untuk mencari pasangan hanya untuk berstatus pacaran. Apalagi kalau lu itu wanita.

Iya ga si?

Anyway

Untuk pertama kalinya gue mendapatkan undangan resepsi yang resmi, tidak berupa personal chat di WhatsApp atau undangan via grup WhatsApp yang sangat menyebalkan. Undangan yang dicetak. Dan niat.

Memang si WhatsApp memudahkan orang-orang dalam berkomunikasi, tapi tidak selayaknya mengundang seseorang ke suatu acara besar (resepsi -red) hanya melalui WhatsApp. Rasanya lu kehilangan beragam kesempatan untuk ngobrol, dan melihat ekspresi teman lama yang kaget bukan kepalang. Padahal melihat ekspresi kaget adalah salah satu hiburan dalam menyebar undangan resepsi. Iya, kan? Gue belum pernah ngerasain soalnya.

Diundang via WhatsApp memang menyakitkan. Apalagi ketika yang nikah adalah teman yang rasanya lu anggap cukup dekat. Rasanya kayak kalian terlalu berlebihan menganggap dia sebagai seorang teman dekat. Kecewa rasanya memang. Tapi pertemanan kalian terlalu sepele jika mempersoalkan hal tersebut, disisi lain rasanya lu terlalu dipandang sepele jika di undang via WhatsApp.

Ego bermain disana.

Lanjut ke persoalan.

Gue sedang memandang sebuah persegi terbuat dari karton yang isinya nama mempelai pria, dan wanita ditambah tulisan 1 April 2017 di bagian bawahnya. Persegi itu masih terbungkus plastik, dan ada nama gue di atas sebuah stiker. Gue tahu inti dari persegi itu, itulah yang menjadi alasan persegi itu masih terbungkus rapi.

Setiap kali gue lihat persegi itu, ada rasa yang tidak begitu nyaman di hati. Rasanya 'mungkin enggak si, suatu saat ada nama gue di sana?' 'mungkin enggak si gue nikah bukan karena, dia doang yang mau?' atau yang tersakit 'apakah gue akan?' Rasanya itu sangat mengganggu kehidupan gue belakangan. 

Sementara teman yang lain sedang mempersiapkan sebuah resepsi, dan merancang sebuah kehidupan baru yang akan dia jalankan setelah tamu terakhirnya pulang. Perihal rumah serta perlatannya, dan perihal apakah pin rekeningnya harus dia kasih tahu ke istrinya kelak. Atau yang remeh seperti "Cocokan jeruk atau kelengkeng ya buahnya?"

Jujur gue sedih saat pertama kali dengar dia akan lamaran, rasanya kayak waktu berjalan terlalu cepat. Rasanya baru kemarin tuh bocah ngikutin gue saat ujian praktek solat kelas enam SD dulu. Lalu tiba-tiba beberapa bulan kedepan dia akan melepaskan status 'lajang'-nya. Gue seneng soal dia yang akan melanjut ke kehidupan jilid dua nya. Tapi sedih juga mengingat dia enggak bisa tiba-tiba gue WhatsApp "Di rumah enggak?" Atau dia enggak akan nelpon gue lagi buat sekadar ngajak ngumpul di rumahnya, karena akan sangat mengganggu istrinya.

PS: Rumah dia setelah nikah juga makin jauh. Jadinya males juga buat ngumpul :P

Teman yang terakhir, ini yang paling menyakitkan. Teman yang tiba-tiba ketauan baru aja selesai akad.

Jujur ini benar-benar menyakitkan. Rasanya kayak, gue enggak ada artinya sama sekali. Padahal gue, dan dia pernah satu organisasi yang rasanya kayak keluarga, bahkan kita pernah berada di tempat kerja yang sama. Memang si dia enggak melakukan itu ke gue doang. Dia juga melakukan itu ke semua temannya, tapi tetep aja rasanya sakit. Dia bilang kurang lebih gini "Akadnya emang buat keluarga doang, tapi nanti resepsinya pasti di undang kok". Dan perlu gue luruskan dia minta maaf di grup WhatsApp.

OKE GUE BENCI WHATSAPP.

Fine.

Karena postingan ini membicarakan tentang pernikahan. Rasanya kurang afdol jika tidak diakhiri dengan doa.

Gue sebagai teman, ingin berdoa agar pernikahan kalian menjadi pernikahan yang di ridhoi Allah, dan dia yang menjadi pasangan kalian membawa kalian ke arah yang jauh lebih baik. Tidak ada perpisahan setelahnya. Mungkin kalian akan mengalami beragam permasalahan kelak, namun ingat perkataanku ini 'tidak ada masalah yang terlalu besar, yang ada hanya akal dan pikiran yang harus bekerja lebih keras untuk menyelesaikannya.'

Didedikasikan untuk
Andriana
Gondo
Fikri

Seorang guru muda yang akan selalu belajar dari peserta didiknya, karena "Pembelajaran tidak hanya terjadi dari guru ke peserta didik, namun sebaliknya pun demikian".
Terimakasih Sudah Membaca

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

6 kicauan

Write kicauan
Anonim
AUTHOR
26 Maret 2017 pukul 13.44 delete

Gue sering di datengin undngan segepok, dari orang yang kenal gue di SMA tapi sejak lulus pun kita gak komunikasi, dia datang gak wasap, gak nitip salam atau coba hubungi gue. tau ninggalin undngan setumpuk buat gue dan temen2 gue yg dia gak tau rumahnya. Jd gue semacam tamu undangan dan kurir baginya.
Jadi jangan sedih bro.

Reply
avatar
andi nugraha
AUTHOR
26 Maret 2017 pukul 21.01 delete

Aku sering banget malah dapet undangan gini, akhir-akhir ini juga banyak. Gak cuma di rumah sendiri, sedang di perantauan juga dapet dan bahkan disuruh pulang untuk ngehadiri gitu sama temenku. Tapi tidak semuanya bisa :)


Aku lebih suka undangan resmi secara langsung. Betul juga ya, Mas. Rasanya baru kemarin maen bareng, masih ingusan lah..ehe
Tapi sekarang sudah nikah aja ya, btw, Mas Dicky kapan nyusul :D #Ehh

Reply
avatar
Dokter Omet
AUTHOR
30 Maret 2017 pukul 16.31 delete

Dulu gue kaya lu dick, sebelum merit gue suka sedih-sedih gimana kalo terima undangan dari temen-temen deket. Tapi yang lebih sedih lagi sih pas kemaren gue merit, temen-temen yang dulu pada ngundang gue dan rata-rata pada gue kondangin semua ternyata ga pada dateng di undangan gue, kan amsyong.

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
16 April 2017 pukul 11.01 delete

Gue enggak tau mana yang lebih menyedihkan kisah lu atau kisah gue bang

Tapi yang terpenting gue jadi tahu manfaat tahu rumah salah satu temen, agar saat nikah nanti gue enggak harus pusing sendiri-sendiri nyari rumah temen-temen.

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
16 April 2017 pukul 11.03 delete

Untungnya gue enggak pernah keluar dan menetap secara lama selain di Jakarta, dan Bekasi. Enggak terbayang kalo emang harus dateng ke pernikahan temen2 yang ngeluarin ongkos. Dan pernikahan enggak sekali dua kali doang...

Yap, dan bisa enggak pertanyaan itu enggak harus muncul?

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
16 April 2017 pukul 11.04 delete

LU UDAH NIKAH BANG? KOK GUE ENGGAK DIUNDANG SI,
AH ELAH TEMEN MACEM APA SI LU BANG, AKU KECEWA

Rasakan....

Reply
avatar

Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon