Keputusan Berat

3/17/2018
sumber: pixabay

Aku ingin bercerita tentang sesuatu. Sesuatu yang sedang terjadi belakangan ini. Sesuatu yang besar. Terlalu besar, sehingga sangat mengangguku. 

Bolehkah?

Kisahnya bermula ketikaku yang nekat mengirimkan surat lamaran kerja ke salah satu sekolah di daerah Bekasi awal tahun ini. Awalnya kutidak berharap, sesuatu yang sudah kutanamkan sejak setahun yang lalu. Aku kirimkan beragam syarat yang sekolah itu minta dari pelamarnya. Berbagai jenis scan harus kukirim lewat email, Scan Ijazah, KTP, Transkrip Nilai, berbagai Sertifikat yang kuikuti selama jadi mahasiswa, dan beberapa syarat standar lainnya. 

Singkat cerita, sebulan nyaris berlalu. Diakhir bulan pertama tahun ini ada email masuk yang menyatakan aku lolos tahap I dari ketiga tahap yang akan dilalui oleh setiap pelamarnya. Kurang lebih ada 74 orang yang lulus pada tahap itu. Pada posisi yang aku lamar terdapat 27 orang, sedang yang akan diterima hanya 8 diantaranya (Aku berharap menjadi salah satu diantaranya). Cukup menakutkan memang.

Kami diharuskan datang pada tanggal 3 Februari 2018 untuk melanjutkan rangkaian tahap II. Awalnya perbandingan tadi cukup menakutkan. Tapi alam berkehendak lain. Sejak malam tanggal 2 Februari hujan turun, tidak besar memang tapi cukup untuk membuat orang malas kemana-mana, hujannya berlangsung hingga keesokkan harinya. Sehingga dari 27 pelamar yang seharusnya datang, hanya 19 diantaranya yang mengalahkan hujan untuk datang. Membuat perbadingan tadi menjadi tidak begitu menakutkan. 

Tahap II terdiri dari dua bagian, bagian pertama terdiri dari 3 indikator yang akan dites (Pedagogik, TIK, dan Bahasa Inggris), bagian kedua itu Microteaching (mengajar dengan jumlah siswa, dan waktu yang sedikit). Pada saat microteaching kubaru tahu perihal 19 orang tadi. Pada saat microteaching mengalami pengurangan lagi, yang datang hanya 16 orang membuat hati ini semakin gembira. Artinya kesempatanku untuk diterima naik menjadi 50%. 

Aku menjadi orang terakhir yang diujikan pada tahap Microteaching (tidak dilakukan serentak, tapi hanya 6-7 orang perhari). Sehari setelahnya (14 Februari) diumumkan siapa saja yang lolos tahap II. Kucukup senang pada awalnya. Tapi setelah aku memperhatikan cukup lama ternyata semua pelamar yang mengikuti atau datang semua rangkaian tahap II diloloskan. Tampaknya sekolah itu menguji semua indikator kepada semua pelamar. Kami diwajibkan datang tanggal 19 Februari untuk tes psikologis, dan 22 Februari untuk tes wawancara yang menjadi bagian Tahap III. Pada kondisi ini kusudah cukup pasrah dalam mengikuti semua rangkaiannya. Kujalankan sesuai dengan kemampuan maksimal otakku.

Aku sangat takut melalui tahap III, karena saat tes wawancara aku langsung ditemui oleh kepala sekolah, dan kepala HRD disana. Mereka menanyakan apa yang bisaku tawarkan, apa yang bisa menjadi nilai jualku dibanding pelamar lain. Aku gugup tak karuan, beberapa kali kukesulitan untuk menghasilkan kalimat yang padu. Tapi kujawab setiap pertanyaan dengan tingkat kepercayaan diri yang kuusahakan tidak dibawah sang pewawancara. Aku merasa yakin, namun cukup kecewa terhadap diriku pada saat yang bersamaan.

Pengumuman akhir semua rangkaian seleksi akan diumumkan antara tanggal 24 Februari, dan 3 Maret. Inilah tahap IV (bagiku) yang paling menakutkan dari semua tahapan. Hampir setiap hari aku cek email atau web dalam seminggu. Awalnya aku sangat penasaran, lalu perlahan berubah menjadi pasrah.

Awal Maret seorang rekan sesama pelamar menghubungiku, dia bilang web sekolah itu tidak bisa diakses. Aku cukup yakin bahwa hasil akhir seleksi akan diumumkan pada hari ini. Ku refresh terus menerus web itu hingga tengah malam. Walau kalau dipikir-pikir cukup aneh juga sekolah itu mengumumkannya pada malam hari. Tapi perasaanku cukup yakin bahwa pengumuman akan keluar malam itu juga. Hingga kurang lebih pukul 11 malam web itu kembali bisa diakses.

Kumasukan nomer pelamar dan tanggal lahir pada form di web. Selang beberapa waktu, akhirnya aku mendapatkan berita yang sangat kudambakan....

Aku dinyatakan lulus tahap III, dan sukses menjadi bagian dari sekolah itu. Aku sempat tak yakin karena biasanya diumumkan juga melalui email, dan kepsek akan chat WA untuk mengecek. Karena cukup penasaran aku email atau WA beberapa pelamar lolos yang kebetulan kukenal. Kebanyakan memang tidak sekepo aku, jadi mereka baru menyadarinya ketika email muncul atau kepsek yang WhatsApp. Saking kepo nya aku sampai WhatsApp kepsek ybs, untuk menanyakan apakah hasil yang muncul di Web sebagai hasil akhir atau tidak.

Singkat cerita, Aku dinyatakan lulus tahap III. Kali ini hanya 17 orang yang diemail. Terdiri dari 14 guru yang akan menjadi bagian dari SD, dua staf keuangan tingkat SD-SMP-SMA, dan satu staf perpusatakaan SD. Sebagai bentuk syukur, kupotong habis rambutku.

Lalu muncullah persoalan lain....

Kusangka awalnya pelamar yang lolos akan mulai bekerja pada tahun ajaran baru, tapi ternyata aku harus tetap datang ke sekolah baru, dengan alasan kami harus mengenal budaya kerja disana. Kukonsul dengan beberapa guru ditempatku mengajar saat ini, yang menganjurkan untuk berbicara langsung ke kepsek ku saat ini. 

Lalu, ternyata kepsekku saat ini tidak meninginkanku untuk berada pada dua sekolah pada saat yang bersamaan. Sehingga keputusan telah dibuat. Aku akan mengundurkan diri akhir bulan ini.

Persoalan perlahan muncul, aku harus melepaskan seluruh murid privat ditambah aku akan meninggalkan murid kelasku saat ini. Padahal ajaran baru tinggal beberapa bulan lagi. Aku bingung, disatu sisi aku ingin tetap sampai tahun ajaran baru, tapi disisi lain kepsekku saat ini tidak memungkinkan itu.

Hari ini beberapa walimuridku mengetahuinya, beberapa mendukung, beberapa menyayangkan keputusanku meninggalkan anak-anak menjelang akhir tahun ajaran. Tapi keputusannya sudah bulat, aku harus datang ke sekolah baru, dan sekolah yang saat ini tidak mengijinkanku untuk rutin ijin setiap beberapa hari dalam sepekan.

Selanjutnya adalah persoalan tempat tinggal. Karena jarak rumah dan sekolah baru hampir 30km, yang tidak memungkinkan untuk PP setiap hari, aku memutuskan akan ngekos di daerah sana. Yang membuat aku akan secara total hidup mandiri.

Jujur kondisi tadi memang yang membuat aku nekat mendaftar disana. Karena yang sudah sedari dulu aku ingin hidup mandiri. Tapi perlahan aku mempertanyakan diriku. Bisakah?

Jadi aku ingin bertanya sesuatu padamu.

Apa yang seharusnya kulakukan?


Seorang guru muda yang akan selalu belajar dari peserta didiknya, karena "Pembelajaran tidak hanya terjadi dari guru ke peserta didik, namun sebaliknya pun demikian".
Terimakasih Sudah Membaca

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 kicauan

Write kicauan
23 Maret 2018 pukul 21.20 delete

Masya Allah. Selamat diki. Berat emang gak enak ninggalin tanggung jawab yg lalu.

Bekasi mana? Yg lu lakuin menyesuaikan diri dulu. Bergaul dengan lingkungan kos. Rajin berjamaah. Adem deh. Kenalan ama pak haji. Siapa tau punya anak dia. 😁

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
24 April 2018 pukul 08.14 delete

Emang selalu berat kalo berakhir bukan pada pengakhirannya.

Bekasi Kota cuy, daerah Kranggan.
Kayaknya bukan kos an deh bang. Sempit dan ribet parkir nya atau yang lega ya mahal.

Reply
avatar

Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon