[cerpen] Namanya Juan

2/10/2012
Namanya Juan, seorang pria yang entah kenapa selalu membuatku bahagia. Seorang pria selalu muncul dengan kejutan-kejutan kecilnya. Pria yang membuat ku entah kenapa berhenti berharap pada si Alex orang lama yang sudah bertahun-tahun ku harapkan. Namanya Juan dan hanya dia pula aku lalui saat-saat paling menyedihkan, di tinggal mati oleh adik ku tersayang, Nina. Juan juga yang meyakinkan ku bahwa Nina memang wajar untuk di tangisi bukan di ratapi. Juan pula yang entah kenapa membuatku yakin bahwa tidak semua pria bajingan. Dan bisa di bilang Juan pula yang membuatku masuk di PTN ternama yang sekarang sedang ku geluti. PTN (perguruan tinggi negeri). Dan bisa juga di bilang atas desakan Juan pula aku dengan nekat menulis Universitas dan Fakultas yang bagiku nyaris mustahil sebelumnya.
Tapi Juan pula yang membuatku menangis sejadi-jadinya, Juan pula yang membuatku sedih di atas senyum ku. Dan entah kenapa Juan pula yang mengorbankan ku menjadi seperti sekarang, wanita sukses yang mungkin paling rapuh di dunia. Dia membuatku kuat dan juga rapuh disaat hampir bersamaan. Juan membuatku mencintai dan membenci nya sama banyak. Tapi liat saja sekarang ia pergi dan tak kembali.
Boleh ku ceritakan ini padamu ?
Juan bagiku layaknya sebuah piano, kau tau kenapa aku menganggapnya seperti itu ? Karena kau tau piano akan tetap sempurna walau ia hanya dimainkan sendiri, baiklah memang di dunia ini tak ada yang bisa mendekati kata sempurna, lalu untuk apa kata itu di ciptakan ? Jika memang kata 'sempurna' terlalu naif untuk menggambarkannya maka ku pilih saja sebutan piano untuknya. Satu lagi walau piano begitu sempurna dengan hanya di mainkan sendiri tetapi dia tetap memerlukan alat lain untuk membuatnya makin sempurna, kau tau maksudku ? Sempurna yang harmonis. Dan pada saat itu ku harap aku lah 'alat' yang bisa membuatnya makin sempurna dengan segala kesempurnaan nya, dan ternyata ku salah, ia hanyalah sebuah piano yang terlalu busuk dan hancur untuk di mainkan dan parahnya lagi ia wajar masuk sebuah tempat peng-hancur. 
Kau mau tau kenapa ku berani bilang seperti itu ? Kenapa tidak ia  membuatku untuk yang kesekian kalinya menangis karena pria. Ia pergi dengan wanita yang 'keliatannya' lebih menarik dariku, tapi kau tak hanya memerlukan faktor penarik untuk mencintai seseorang. Kau juga harus merasakan bagaimana rasanya di rajam oleh cinta, oke memang itu sedikit cengeng tapi memang itu yang seharusnya dan memang yang ada hanya itu.

Seorang guru muda yang akan selalu belajar dari peserta didiknya, karena "Pembelajaran tidak hanya terjadi dari guru ke peserta didik, namun sebaliknya pun demikian".
Terimakasih Sudah Membaca

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon