Pengelolaan Program yang Berdampak positif pada Murid

3/18/2024 0



Melalui modul 3.3 ini, saya memahami bahwa tugas guru bukan hanya sekedar memberikan materi kepada murid, tapi bagaimana seorang guru mampu menggali, merancang, menemukan setiap potensi dari setiap murid dikelasnya, kelas yang tercipta harus menyenangkan. Serta menjadi guru pengerak sejatinya tidak dapat mengeluh, karena tiap kekurangan seorang guru penggerak harus bisa menemukan kelebihannya. Melalui "student agency" murid menjadi mampu mengarahkan pembelajaran mereka sendiri, membuat pilihan-pilihan, menyuarakan opini, mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan rasa ingin tahu, berpartisipasi dan berkontribusi pada komunitas belajar, mengkomunikasikan pemahaman mereka kepada orang lain, dan melakukan tindakan nyata sebagai hasil proses belajarnya.

Dalam menjalankan Filosofi Ki Hajar Dewantara yakni Berpihak pada Murid salah satu tujuannya adalah Merdeka belajar, yang serangkaian proses yang menjadikan murid sebagai aktor pembelajaran, karena sejatinya murid memiliki kemampuan atau kapasitas untuk mengambil bagian atau peranan dalam proses belajar mereka sendiri. Guru sejatinya menumbuhkan kepemimpinan murid, sehingga murid memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership) dalam proses pembeajarannya. Kita sebagai guru harus menfasilitasi murid dengan membangun lingkungan yang dapat menumbuhkan kepemimpinan murid. Melalui student agency ini maka akan mewujudkan profil pelajar Pancasila. Peran keterlibatan komunitas juga harus dibangun agar dapat menumbuhkembangkan kepemimpinan murid di sekolah.

Kaitan modul 3.3 dengan seluruh modul yang sudah saya pelajari sejak tahun lalu yakni bahwa guru penggerak harusnya memulai segala sesuatunya dari dalam diri hal tersebut dimana hal tersebut tercantum dalam serangkaian modul 1 yakni Filosofi KHD, Nilai dan Peran Guru Pengerak, Visi Guru Pengerak, dan Budaya Positif. Dimana diakhir modul 1 diharapkan seorang guru pengerak tergerak untuk menjalankan Pendidikan yang berpihak dan berdampak pada murid. Tentu untuk tergerak guru pengerak harus memahami bahwa Prakarsa perubahan dapat dilakukan melalui tahapan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi) agar tiap perubahan dirasa tidak memberatkan seorang guru pengerak.

Lalu pada serangkaian modul 2 yakni Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial Emosional dengan menghadirkan kesadaran penuh murid, dan Coaching untuk Supervisi akademik harapannya guru pengerak dapat mulai bergerak untuk menjalankan Pendidikan yang berpihak pada murid atau dengan kata lain memerdekakan murid dalam belajar.

Lalu pada rangkaian modul 3 agar dapat menggerakan dilingkungan sekolahnya maka guru pengerak membutuhkan sebuah pemahaman bahwa kepemimpinan adalah mencakup segala aspek yakni  Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya, dan Pengelolaan Program yang Berdampak Positif pada Murid. Bahwa sebagai pemimpin pembelajaran guru penggerak harusnya dapat mengerakkan murid, dan orang disekitarnya dengan memanfaatkan aset, dan pengolahnya lagi lagi untuk Pendidikan yang berdampak positif bagi muridnya.

Tentu dalam praktiknya, guru melibatkan murid dalam penyusunan program melalui tahapan BAGJA, pelaksanaanya melibatkan murid secara penuh dan dievaluasi melalui 9 langkah pengujian dalam pengambilan keputusan.


Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan

2/02/2024 0


Pertanyaan Pertama 

Beban dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik.  Apa yang diinginkan kadang-kadang belum tentu  itu yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan, apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik.  Sebelum mengambil keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid? (Nadiem Makarim, 2020)
Maksud yang saya pahami dari Pak Mentri Nadiem Makarim adalah bagaimanapun proses dalam seluruh satuan pendidikan adalah "apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan pembelajaran murid?" sehingga sangat jelas bahwasanya dalam pendidikan harus memprioritaskan atau menitik beratkan pada kebutuhan murid sehingga kita berhasil memfasilitasi sang aktor dalam mengembangkan dirinya melalui pendidikan. Dan dalam prosesnya tentu kita akan menemukan segala sesuatu yang terkadang menghambat namun harus dapat diselesaikan secara persuasif. 

Berikut tanggapan lain yang bagi saya menjawab secara utuh.












Teks dalam gambar:
Dalam menghadapi dilema antara dua Kepentingan yang sama-sama benar memang sulit , menurut pendapat saya caranya adalah : yang pertama harus mengedepankan kepentingan murid yang kedua harus berpedoman pada nilai-nilai kebajikan yang ketiga memerlukan banyak pertimbangan, kesabaran ,kehati-hatian, dan harus dengan pikiran yang jernih.Yang keempat Kalau perlu melibatkan orang lain untuk diajak berdiskusi. Sebab salah dalam mengambil keputusan akan berakibat masalah yang baru dan biasanya lebih rumit untuk diselesaikan.

Pertanyaan Kedua

Bagaimana cara Anda (sebagai kepala sekolah) dalam menentukan buku yang akan dipakai. Anda mendatangkan beberapa penerbit, dan setiap penerbit menjanjikan 'komisi' untuk Anda sebagai kepala sekolah jika memilih buku terbitan mereka. Pihak Yayasan/Manajemen Sekolah memanggil Anda untuk mengetahui prosedur dan praktik pemesanan buku-buku tahun ajaran baru di sekolah selama ini. Apa yang Anda katakan?

Seluruh rangkaian jelas, bahwa penerbit datang sekolah memberikan sample yang akan dianalisis oleh tim guru. Guru tidak akan diberikan intervensi harus memilih yang mana yang memberi komisi terbesar untuk sekolah sehingga penilaian yang diberikan murni atas konten buku yang dianalisi. Untuk komisi yang dijanjikan tentu dapat dibelanja lagi untuk mengikutkan guru ke dalam pelatihan-pelatihan yang mengembangkan dirinya dalam mengajar. Saya rasa proses tersebut menjadi win-win solution. 

Pertanyaan Ketiga

Bagaimana situasi di lingkungan Anda sendiri, adakah nilai-nilai kebajikan yang dijunjung tinggi di tempat Anda bekerja, atau tinggal? Ceritakan pengalaman Anda Anda bagaimana nilai-nilai kebajikan tersebut telah membentuk diri Anda terutama dalam mengambil suatu keputusan?

Di tempat saya bekerja, sebagai seorang guru harus selalu menjunjung tinggi 4 kompetensi guru (pedagogis,kepribadian, sosial dan profesional). Saya bekerja dilingkungan yang sangat menjunjung tinggi belajar sepanjang hayat, yakni saya harus selalu menyegarkan pengetahuan saya atas pedagogis melalui komunitas belajar pekan yang saling berbagi dan menguatkan dalam menghadapi murid dikelas, seminar pendidikan oleh tokoh pendidikan tiap tahun ajaran baru, dan kegiatan pendukung lainnya. 
Saya juga dilatih untuk menjadi pribadi yang dapat dicontoh oleh murid, sebagai suri tauladan yang dapat murid ceritakan dengan bangga kepada orang tuanya. Saya juga dibiasakan menjadi pribadi yang tidak anti kritik setiap komunitas belajar, bahwa gagasan saya tidak selalu benar, dan gagasan orang lain tidak selalu salah. Di sekolah yang sudah besar ini juga dituntut menjadi pendidik yang profesional dengan mengikuti segala program yang mengembangkan diri pengajar seperti Pendidikan Profesi Guru, Pendidikan Guru Pengerak, Penulisan Modul Ajar, Penulisan Jurnal, dan Pengunaan LMS sebagai media pendukung pembelajaran.

Pertanyaan Keempat

Apakah Anda pernah mengalami atau melihat suatu pengambilan keputusan serupa studi kasus yang ditanyakan di atas, di mana ada dua kepentingan saling berbenturan? Ceritakan bagaimana pengalaman Anda sendiri di sekolah asal Anda. Apa yang Anda lakukan pada waktu itu, mengapa?

Masih jelas diingatan saya kejadian 4 tahun yang lalu. Ketika ada seorang murid laki-laki yang menganggu murid perempuan hingga melukai. Sang Ayah tidak terima atas perlakuan teman anaknya, Ia meminta pertemuan antara saya dan kepala sekolah atas kejadian tersebut.

Awalnya ayah murid perempuan tadi sangat tidak terima, karena ini bukanlah pertama kali murid laki-laki tersebut melakukan hal tersebut kepada anaknya. Sang ayah sangat menginginkan anak tersebut dikeluarkan karena sudah cukup mengganggu banyak pihak termasuk anaknya.

Setelah laporan tersebut diterima, sekolah kami memanggil orang tua dari murid laki-laki tersebut. Dalam pembelaannya, Ia menyadari bahwa anaknya salah namun menurutnya masih dalam batas wajar, karena toh anak perempuan tersebut tidak terluka. Kami tidak mempertemukan kedua orang tua tersebut karena menghindari percecokan yang lebih panjang. Kami menjanjikan akan memfasilitasi murid laki-laki tersebut kegiatan konseling oleh Guru Bimbingan dan Konseling secara rutin, perlahan sikap murid tersebut berubah khususnya interaksi dengan murid perempuan menjadi lebih berhati-hati.

Pertanyaan Kelima

Pernahkah Anda setelah mengambil suatu keputusan, bertanya pada diri sendiri, "Apakah keputusan yang Anda ambil adalah keputusan yang tepat?" "Apakah seharusnya saya mengambil keputusan yang lain?" Kira-kira apa yang membuat Anda mempunyai pemikiran seperti itu? 

Terkadang pertanyaan seperti itu muncul jika output yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Namun saya meyakinkan diri bahwa output tersebut tidaklah instan sehingga saya hanya perlu menunggu agar perlahan hasilnya tampak. 

Pertanyaan Keenam

Pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin Anda tanyakan pada sesi Pengambilan Keputusan berbasis Pemimpin Pembelajaran ini? Apa yang selama ini menjadi tantangan bagi Anda dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran?

Pertanyaan Paling dilematis dalam penentuan keputusan baik tingkat sekolah maupun tingkat kelas adalah "Apakah saya harus mementingkan kepentingan mayoritas (banyak orang) dibanting etika?" Karena keputusan itu harus dapat diterima oleh semua orang, namun ada batas 'etik' minor yang ditabrak agar dapat diterima oleh semua orang.

 

Coaching Untuk Supervisi Akademik

11/22/2023 0



Selama menjadi guru, tentunya pembelajaran Anda pernah diobservasi atau disupervisi oleh kepala sekolah Anda. Bagaimana perasaan Anda ketika diobservasi?

Perasaan yang muncul tiap kali jadwal supervisi keluar adalah gelisah dan panik dikarenakan ada rasa takut terlihat gagal, takut tampak seperti guru yang tidak profesional, atau perasaan menakutkan lainnya. Perasaan tidak nyaman itu muncul terus sampai supervisi selesai.

Ceritakan pengalaman Anda saat observasi dan pasca kegiatan observasi tersebut.

Selain cemas, pengalaman yang paling berkesan adalah saat kepala sekolah mengapresiasi bahkan yang bagi saya pribadi hal tersebut tidak perlu dibanggakan. Selain itu dengan di observasi maka saat mendapatkan apa yang kurang sehingga perlu diperbaiki, dan apa yang bagus untuk terus dipertahankan

Menurut Anda, bagaimanakah proses supervisi akademik yang ideal yang dapat membantu diri Anda berkembang sebagai seorang pendidik?

Dilaksanakan secara sistemik, artinya format yang di supervisi jelas, mana yang perlu diperhatikan selama supervisi, dan kehadiran penuh sang supervisior. Lalu dialog paska supervisi yang berisi apapun yang bisa di apresiasi dari pihak yang diamati dan kritik serta saran yang dapat mengembangkan nilai profesionalisme pengajar.

Menurut Anda, jika Anda saat ini menjadi seorang kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi, dimana posisi Anda sehubungan dengan gambaran ideal di atas dari skala 1 s/d 10? Situasi belum ideal 1 dan situasi ideal 10.

Sekitar 6 dari 10

Aspek apa saja yang Anda butuhkan untuk dapat mencapai situasi ideal itu?

Kemampuan mengapresiasi orang lain dalam segala kondisi dengan membangun kalimat yang efektif

Apa saja harapan yang ingin Anda lihat pada diri Anda sebagai seorang pendidik setelah mempelajari modul ini? Menjadi pihak yang dapat mengapresiasi dan mengamati dengan maksimal

Apa saja kegiatan, materi, manfaat yang Anda harapkan ada dalam modul ini? teknik supervisi yang baik. Menjadi supervisior yang tidak menakutkan kehadirannya namun tetap dihormati

Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi?

Sebagai seorang coach kita harus dapat memahami jawaban coachee yang sedang di coaching agar prosesnya berjalan maksimal. Kapan harus memberikan pernyataan yang menaikan harga diri dan kapan waktu yang tepat memberikan pertanyaan terbuka agar coachee dapat mengekplor agar dapat menyelesaikan masalahnya.

Dengan PSE kita diajarkan untuk memperhatikan Sosial Emosional itu sangat penting dan Pembelajaran Diferensiasi terdapat pemahaman bahwa harus terjadi perbedaan tindakan coach dalam coaching tiap coachee yang berbeda.

Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran?

Dalam proses coaching sangat erat kaitannya dengan filosofi KHD yang berpihak pada murid yakni Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid. Murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi agar murid tidak kehilangan arah.

REFLEKSI DIRI

Dalam proses coaching sangat erat kaitannya dengan filosofi KHD yang berpihak pada murid yakni Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid. Murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi agar murid tidak kehilangan arah.

Dalam penerapannya saya dihadapi anggapan oleh murid bahwa sebagai guru kurang memahami pembelajaran karena semua kembali lagi ditanyakan kepada murid, sebagai seorang guru tentu hal tersebut menyakiti hati. Namun tentu dalam setiap perubahan ada ketidaknyamanan. Namun guru hanya perlu membiasakan untuk juga melakukan coaching kepada murid agar tergali potensi maksimal tiap murid. 

Saya sudah memahami bahwa di kurikulum ini pendidikan harus berpihak pada murid dan tiap modulnya saya diberikan cara atau langkah agar semakin atuh berpihak pada murid.


Pembelajaran Sosial Emosional

11/17/2023 0



Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

Bahwa dalam pembelajaran kebutuhan murid untuk merasa dihargai dan sesama murid saling menghargai juga diperhatikan dalam kurikulum merdeka sehingga pendidikan yang berpihak pada murid sangat nyata dalam penerapannya.

Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

Dimana pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan filosfi KHD. Murid sebagai subjek pembelajar yang beragam harus terlayani dengan baik melalui visi misi yang baik pula yang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Pembelajaran ini juga selain menununjang  budaya positif disekolah juga perlu menekankan Keterampilan sosial, regulasi emosi, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Sebelum mempelajari modul ini, 

Saya berpikir bahwa dalam pendidikan kita hanya perlu berfokus pada kemampuan kognitif anak, sehingga menjadikan anak sebagai objek dalam pendidikan setelah melalui pembelajaran modul 2.2 saya sadar bahwa pendikan bukannya hanya kognitif saja namun Sosial Emosionalpun perlu diperhatikan sehingga anak semakin nyaman dan merdeka dalam menjalankan tugasnya sebagai aktor pembelajar

Setelah mempelajari modul ini, 

Ternyata pendidikan memandang penting sosial emosional demi memfasilitasi kebutuhan murid untuk dihargai keberadaannya.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar

Dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah anak nyaman, anak belajar, sukses pendidikannya

Perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah

Bagi murid-murid:

Bertanya tiap pagi bagaimana harinya, mengajak untuk beramal dan beribadah sebagai wujud syukur kepada Tuhan YME, serta membiasakan murid mengalami pembelajaran yang memaksa mereka untuk bertukar pikiran

Bagi rekan sejawat: 

Menularkan budaya-budaya yang perlahan saya ubah menjadi lebih baik melalui komunitas belajar 

Budaya Positif

10/19/2023 0



Pendidikan yang berbudaya positif
Bertujuan agar murid menjadi seperti yang mereka inginan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini. Sehingga menjadi motivasi intrinsik yang berjangka panjang.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Bertujuan menanamkan motivasi positif agar mereka menjadi orang yang mereka inginkan, dan menghargai diri sendiri dengan nilai yang dipercaya (motivasi intrinsik) Motivasi Intrinsik berdampak panjang, tidak dipengaruhi oleh hukuman dan hadiah

5 Posisi Kontrol meliputi: Penghukum (kontrol negatif), Pembuat orang merasa, bersalah (kontrol negatif), Teman (kontrol negatif), Pemantau (kontrol negatif), Manager (kontrol positif)

3 Teori Motivasi yakni alasan seseorang untuk bertindak meliputi; ketidaknyamanan atau hukuman, mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain, menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya

Perbedaan hukuman, konsekuensi, dan restitusi disiplin 

Hukuman bersifat satu arah, yakni dari guru yang memberikan, bisa berupa fisik ataupun non fisik, murid disakiti oleh suatu perbuatan atau perkataan

Disiplin dalam bentu konsekuensi, sudah terencana atau sudah disepakati, sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru 

Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompo mereka dengan karakter yang lebih kuat

Hal Menarik dari Budaya Positif

Saat Restitusi Anak merasa didengar sehingga membuatnya dapat berkembang serta bertangung jawab lebih baik ke depannya 

Keyakinan kelas yang dibentuk lewat curah pendapat membuat anak merasa bahwa ikut terlibat dalam pembentukan ‘peraturan’ di kelas sehingga bertanggung jawab pula untuk melaksanakan


Imajiku Tentang Murid Masa Depan

9/26/2023 0

Saya memimpikan murid-murid yang nyaman dalam mengeksplorasikan diri, artinya dia tanpa ragu menunjukkan keahlian dirinya di depan teman dan saya sebagai guru bisa menfasilitasi apapun minat, bakat, dan keahlian murid. 

Saya juga memimpikan murid yang bisa mengeluarkan kritik dan saran, artinya dia dapat mengkontruk/membangun gagasan dari pengalaman-pengalaman pembelajaran yang pernah dilalui dan mengutarakannya kepada orang lain. 

Menghargai perbedaan di sekitarnya maksudnya adalah menjadikan perbedaan sebagai sebuah keindahan bukan pembeda antara satu sama lain. Pembelajar sepanjang hayat artinya dia memiliki pemahaman bahwa manusia harus selalu belajar demi menyamai kodrat alam dan zaman. Saya percaya bahwa murid adalah punya bibitnya sendiri, saya sebagai pendidik hanya memudahkan murid dalam menemukenali minat, bakat, dan keahliannya. Saya tidak bisa menuntut jadi apa murid kedepannya saya hanya bisa menuntun agar murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya. Serta mandiri, dan peduli lingkungan.

Di sekolah, saya mengutamakan kebebasan murid dalam berpendapat, bahwa salah adalah memang sudah sewajarnya dalam pendidikan. Bahwa dalam pendidikan seharusnya diisi dengan serangkaian kesalahan sehingga murid akan belajar dari kesalahan yang mereka buat sehingga pengalaman belajar semakin berkesan. Murid di sekolah saya sadar betul bahwa ilmu yang dia dapat bukanlah untuk orang lain, namun demi dirinya sebagai pondasi dalam menjalani masa depan yang lebih baik.

Saya dan guru lain di sekolah saya yakin untuk selalu mengutaman murid sebagai objek sehingga menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid. Saya dan guru lain di sekolah saya paham bahwa sebagai pendidik kita hanya mampu memancing murid dalam pengembangkan diri, keputusan akhir tetap pada diri murid sendiri.

Menciptakan murid yang Berekpresi, Mengkritisi, Menghargai Perbedaan, Pembelajar Sepanjang Hayat, Mandiri, dan Peduli Lingkungan - Visiku (Dicky Renaldy) 

Harapanku Untuk Muridku adalah menjadi murid yang siap dalam menghadapi kehidupan di masa depan dan mampu bersaing. Harapanku untuk rekan pendidik adalah menjadi pendidik yang selalu mengutamakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Harapanku untuk komunitas sekolah adalah saling memberi support baik materi, maupun nonmateri. Harapanku untuk daerah dan bangsa-negara Indonesia menjadi negara yang bisa berpijak pada kakinya sendiri. 

Saya memiliki keyakinan bahwa setiap sekolah punya satu tujuan yakni menciptakan murid yang mampu bersaing di masa depan.  Namun saya juga berkeinginan bahwa murid di sekolah saya memiliki fasilitas ekstra dalam menghadapi tantangan dimasa depan. Peranan para pemangku kepentingan disekolah adalah memberi dukungan baik material maupun nonmaterial  dalam mempersiapkan murid menghadapi tantangan di masa depan.



Bekasi, 26 September 2023
Dicky Renaldy