Pria itu

10/10/2013
Pria itu sudah lebih dari dua jam duduk dengan daging sapi panggang terdiam di meja nya. Dia hanya diam sambil sesekali tersenyum pada beberapa orang yang lewat, atau sesekali ia  melihat arloji nya kemudian mengecek telepon genggam nya. Daging sapi panggang nya mungkin sudah dingin dan tidak jelas rasanya, tebak ku. 
Jujur dari pertama kali ia datang aku sudah memperhatikan nya. Aku pelayan restoran yang melayani nya langsung di buat terpesona dengan tatapan nya, penampilan nya karisma ditambah gaya bicara nya yang sopan halus namun tetap berwibawa. Percayalah, ku yakin kau juga akan mabuk kepayang dibuatnya.
Tunggu, sepertinya telpon genggam nya berbunyi, pria itu melihatnya dengan sangat gembira, dia tampak buru-buru membalas pesan nya sambil tersenyum semringah, entah kenapa ada getir di hatiku. Menurut ku itu adalah wanitanya yang mungkin janji bertemu dengan nya.
Tak lama setelah membalas pesan nya, pria itu memanggil pelayan untuk memesan minuman. Ya, aku yang ia panggil.
"Mba, capucino ada?"
"Ada mas" kataku sedikit gugup
"Kalau jus jeruk?" ia bertanya lagi dengan suara yang sukses sekali lagi menghipnotis ku
"Ada juga mas"
"Ya udah, Jus jeruk dua dan capucino satu" Ujarnya dengan suara jelas. Ini pesanan minuman yang kedua darinya. Yang pertama sebuah hot coffe sudah habis beberapa menit lalu.
Aku mencatat pesanan nya dan tak lama telpon genggam nya pun kembali berbunyi kali ini sebuah panggilan. "Sudah mas?" kataku dengan maksud tak ingin mengganggu nya. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum sebelum mengangkat panggilan. Aku pun kembali ke tempat ku untuk memberi pesanan ke kasir.
Dia masih saja tersenyum setelah lebih dari satu menit menutup telpon nya, mungkin dia tak tahan untuk tidak membagi kebahagian untuk orang sekitar nya termasuk buat ku. Walau aku merasakannya dengan rasa getir sekalipun. Kali ini tak ada gestur melihat telpon genggam, kali ini hanya ada gerakan-gerakan ia merapih kan rambut atau baju nya.
Aku mengantar pesan nya, dan seperti tebakan ku sebelumnya dia masih saja tersenyum dengan senyum yang tertular untuk siapapun yang melihatnya. Ku balas senyuman nya dan aku kembali ke tempat.
***
Setengah jam kemudian datanglah seorang wanita dengan gaya casual dan rambut kuncir kuda datang menghampiri, wanita itu tinggi tidak kurus tidak juga gemuk. Namun, ia agak bungkuk dengan kulit putih tanpa cela.
Pria itu berdiri dan menyalami wanitanya, heran nya kali ini dengan senyum yang dipaksakan. Mungkin mati bosan menunggu, menurutku. Tapi entah kenapa senyum paksaan itu langsung hilang ketika wanitanya duduk didepan nya sambil memberi kotak kecil ke pria itu. Terjadi dialog singkat antar mereka. Sang wanita tertawa lepas sambil memukul ringan pria itu.
Kali ini si pria yang memberi hadiah, tidak lebih besar dari wanitanya. Lalu kemudian wanita itu bangun dan memeluk pria itu dengan hangat dan sedikit lama. Pelukan hangat itu di akhiri oleh kecupan sang wanita ke dahi pria itu. Aku senewon melihatnya. Aku pun memutuskan untuk pergi ke dapur.
***
Sejam kemudian aku kembali ke tempat, pria dan wanita itu masih ada. Kali ini si wanita sedang asik bercerita kepada pria itu di selinggi anggukan atau pun tawa lepas pria itu. Tangan mereka sesekali saling bertautan, baik hanya sebuah sentuhan ringan ataupun pegangan mesra. 
Harusnya mereka sadar, aku sudah lebih dari sejam memerhatikan mereka dengan seksama. Dengan tatapan iri mungkin.

Seorang guru muda yang akan selalu belajar dari peserta didiknya, karena "Pembelajaran tidak hanya terjadi dari guru ke peserta didik, namun sebaliknya pun demikian".
Terimakasih Sudah Membaca

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 kicauan

Write kicauan
Omet
AUTHOR
28 Oktober 2013 pukul 11.04 delete

Udah nemu gaya penulisan yang nyaman nih ceritanya?

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
23 November 2013 pukul 03.13 delete

iya nih bang, tapi masih agak maksa nih ceritanya

Reply
avatar

Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon