Namaku Dewi Mustapa seorang wanita paruh baya yang sudah menamatkan kehidupannya, kalian tau kan apa maksud ku ?. Aku sudah meninggal empat tahun yang lalu, tepatnya februari 2007. Hmm, sepertinya kalian ingin tau aku meninggal kenapa ya ? ku anggap saja iya. Aku meninggal di tol dari arah bandung menuju jakarta, kecelakaan tunggal. Aku baru saja pulang dari rumah nenekku saat itu, sudah terlalu malam dan aku berkendara sendiri.
Aku tak terlalu memperhatikan jalan, akhirnya aku menambrak pembatas jalan tol. Dengan kecepatan tinggi dan mobil yang tak di design untuk mengatasi tabrakan, mobilku hancur berkeping-keping dan aku pun mati di tempat. Tak sempat ditolong sama sekali.
Esoknya aku terbangun di sebuah ruang mayat di sebuah Rumah Sakit di bilangan Jakarta. Sempat ku teriak-teriak karena kaget melihat mayat-mayat bergeletakkan. Tak lama ada beberapa mayat yang meneriaki ku, iya benar kawan. Mayat. Dia bilang seperti ini "baru jadi mayat ya?" aku kaget, butuh 2 jam dan 3-4 mayat untuk menenangkan ku.
Balik lagi kecerita ya ?. Sekarang aku dapat izin dari tuhan, katanya aku boleh berkunjung ke orang yang aku sayangi tapi hanya berkunjung tak boleh menampakkan diri, apalagi sampai berbicara, dan bila itu terjadi aku rasa aku tak akan mendapatkan nya untuk yang kedua kalinya. Ku pikir lebih baik ku turuti saja.
Orang pertama yang benar-benar ingin kuliat sekarang itu adalah calon suami ku yang kurasa kali ini sudah kawin dan punya anak, sebenarnya ia akan mengawiniku tiga hari setelah kecelakaan itu, tapi sayang tuhan berkehendak lain. "siapa orang yang ingin kau kunjungi ?" kata juru bicara tuhan, benar tuhan seperti presiden saja ada juru bicaranya, tapi jangan kau tanya seperti apa wujudnya, aku tak sempat menggingat aku sudah terlalu senang dengan pertemuan itu, tanpa bisa memikirkan yang lainnya.
"rizal wikasta" kataku riang, itu nama calon suami ku kawan.
"siapa dia?"
"seharusnya dia jadi calon ku kalo enggak di jemput ama kematian" jawabku ketus
"waktumu 2 jam, manfaatkan sebaik mungkin"
"baiklah" keterima sebuah entah kertas atau apalah yang intinya adalah surat ijin keluar, ada-ada saja, pikirku. Tapi biarlah aku akan bertemu rizal, yyyeeee. Senangnya
***
Ternyata susah mencari bekas calon suami ku, ku kira tuhan akan membawaku langsung ketempatnya ternyata harus aku sendiri yang mencarinya, sudah hampir satu jam aku mencari, terbang sana, terbang sini. Ke rumah kami dulu ia sudah tidak ada, ke rumah orang tuanya, sudah rata dengan tanah. Ku terbang ke rumah kakaknya untuk bertanya aku lupa aku tak boleh menampakkan diri. Hmm, hampir putus asa. tapi Ku teringat satu hal. Ia, saat menangisiku saat aku akan dikubur ia bicara dengan nafas perlahan dia bicara denganku, seolah aku bisa mendengarnya. Tapi aku memang mendengarnya, saat aku jadi mayat? oh tidak...,, banyak yang aneh disini, sudah sampai dimana tadi? oia dia bilang ia akan tinggal dengan orang tua ku, dan tak akan pernah menikah lagi, walau terkesan enggak mungkin, tapi setidaknya masih ada harapan. Ku terbang ke rumah orang tuaku.
Dan jawaban atas perkataannya tadi, Benar ia tinggal disana dengan orang tuaku, tidak untuk tidak kawin lagi, ia tetap kawin, ia mengawini adik perempuanku, oh biarlah. Setengah jam lagi jatahku habis mengunjunginya. Ketika sampai dirumah, ia sedang ada dipinggir kamar seperti sedang terisak, entah tengah menanggisi apa ? aku dekatkan diriku, tiba-tiba terdengar suaranya lirih.
"hari terakhir kau menulis, 4 februari 2007 itu sekitar 4 tahun yang lalu" kata rizal lirih. Ku dekatkan wajahku tanpa berusaha menampakkan diri. Ternyata ia sedang membaca dairiku.
"Hari ini aku akan pulang kembali jakarta selepas liburan seminggu di rumah nenek, ia yang memanggilku, sebenarnya aku tak mau kesini, tapi katanya 'datanglah sebelum kau kawin, cuk'. Jadi mau tak mau aku harus datang, hmm biarlah. Malam nanti aku akan pulang, biar rizal enggak harus menjemputku, aku ingin membawa mobil ku sendiri. Sudah kangen sekali dengan dia, dan tak sabar menunggunya pulang kerja dirumah, setelah aku halal baginya, see you"
Isakkannya terganti oleh tangisan, air mata yang tadi di tahan-tahannya akhirnya jatuh juga. Aku ikut menanggis.
"2007 itu sekitar empat tahun yang lalu" katamu ketika kau sedang membuka-buka dairiku. Aku melihatmu, tp tidak begitu dgn kau. @dickyrenaldy
Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon