"Dew, namamu di sebut tuh. Cepatlah jalan" Ucap Dwika tepat di belakangku sambil mendorong cukup kuat.
"Ah pelan saja si Ka, aku mendengarnya" bela ku sewot
***
Hari ini adalah hari ku, setelah berbulan-bulan bergaul dengan beragam revisian, berjam-jam tiap hari menunggu tanda tangan dosen, atau ratusan gelas kopi yang aku santap setiap malamnya. Akhirnya aku sampai di acara yang sangat aku tunggu.
Entah kenapa hariku tetap saja tidak sempurna, Wawan penyebabnya, lelaki pendek dengan kumis tipis, selalu jalan tergopoh-gopoh, lelaki pendek itu juga tak pernah berhenti senyum dengan siapapun. Wawan adalah kekasihku, walau masih dalam hitungan bulan bersama, tapi dialah pihak yang menjadi penyemangat ku, penggerak, atau bahkan dia yang sering kali menunggu tanda tangan dosen untuk ku ketika aku harus bulak-balik mengurus surat kelulusan. Dia akan setia menunggu di depan Tata Usaha jurusan ku, bermain dengan Ipod nya, sesekali ia akan membawa buku kesukaannya, yang untukku terlalu berat untuk dibaca santai.
Dia selalu datang dengan roti selai kacang kesukaanku ditangan kanan nya, dan jus alpukat ditangan lainnya. Jus alpukatnya selalu saja sudah ia minum, padahal itu untuk ku!
Aku selalu sewot dan akan ditanggapi dengan cengiran khasnya, kemudian ia akan duduk disamping ku, mengencangkan volume Ipod nya, mengacuhkan omelanku.
Selain itu dia juga membawa bekal untuk kami berdua, nasi goreng yang katanya adalah buatannya. Nasi goreng nya tidak pernah enak memang. Kadang ia kelebihan garam, kadang minyak yang digunakan terlalu banyak, kadang malah ia memasukkan gula -yang dia kira garam- ke nasi gorengnya. Ketika nasi goreng nya sangat tidak enak, dia akan membuangnya di tempat sampah, pergi beberapa menit, dan kembali dengan roti selai kacang lagi. Itulah rutinitas kami, beberapa pekan sebelum hari ini.
***
Katanya dia akan datang, tapi hingga dua jam setelah acara sakral itu usai dia tetap tidak memperlihatkan diri. Beberapa teman sedang sibuk foto dengan sanak-sodara, teman-teman satu organisasinya, atau bahkan dengan kekasihnya. Aku malah masih saja termenung menunggu wawan. Ah kenapa dia tak datang juga.
***
Aku masih ingat pertemuan kami. Wawan dan aku berdiri di peron yang salah saat menunggu kereta. Dia bertanya padaku dimana seharusnya dia menunggu kereta tujuannya, aku dengan percaya diri bilang "Disini mas, bener kok"
Ternyata ada seorang ibu-ibu yang mendengar percakapan kami. "Mas bukan disini nunggu nya, tapi disana" kata ibu itu menunjuk peron yang tidak jauh dari kami, sambil memberi tatapan penghakiman kearah ku.
Wawan memandangku meminta penjelasan, aku hanya senyum yang lebih menyerupai cengiran menutupi malu. "Maaf mas, saya juga enggak paham" ucapku akhirnya ketika kami berdua menuju peron yang benar. Stasiun nya tidak dilengkapi papan penunjuk, pengeras suara pun tidak sesuai dengan namanya karena suara yang dihasilkan tidak terlalu terdengar.
Tak disangka kereta yang kami tunggu telat hampir 2 jam. Menunggu kereta di tempat asing dan dipertemukan oleh orang yang senasib membuat kami mengobrol cukup akrab, dia selalu mengernyitkan dahi ketika ia melupakan suatu detail dalam ceritanya. Dia juga sesekali membuat gesture lucu dengan perutnya. Dia punya beragam cara menceritakan cerita sederhana dengan caranya sendiri.
***
"Wawan enggak dateng juga?" kata dwika lagi, kali ini dengan tatapan semringah
"Enggak tau nih"
"Udah coba di hubungi?"
"Belom" kataku dengan tatapan polos
"Hubungi lah" katanya lagi seperti menjelaskan kalo satu ditambah satu adalah dua
Aku menelpon telepon genggam nya, butuh waktu agak lama sampai akhirnya dia mengangkat.
"DEWI MUSTUFA...." Teriak suara wawan cukup kencang.
"KAMU NGAREP AKU DATENG WISUDA TAPI KAMU ENGGAK NGASIH TAU KALAU WISUDANYA PINDAH TEMPAT. EMANGNYA AKU AKTOR SINETRON APA LANGSUNG TAU. AH ELAH" maki pria itu tanpa jeda, tanpa memberi waktu bagiku melakukan pembelaan.
Skak Mat, aku lupa.
15 kicauan
Write kicauansemoga wisudanya lancar
Replytempat wisudanya pindah hahaha
Replykirain ceritanya bakal sad ending eh taunya gitu :D
Oh gitu Dick. Duh kenapa pacar lo Wawan sih. Tapi endingnya keren.
ReplyKak Dickyyy.... Ampundeehh.. Pas awal baca aku kira ini cerita lagi wisuda beneran, lah trnyata fiksi toh.. Aku ngebayangin ini kak Dicky yg mau wisuda, ehh trs tau2 ada si Wawan.... "Kekasihku"... Ebuset, ngakak yaak.. Pacarnya cowok!! Wakakakk.. Ternyata ini tokoh utamanya cewe toh.. Duhh, maap, salah tanggep XD
ReplyEndingnya jg unpredictable banget, kirain bakal sad ending gtu, trnyata kuoocaakk! Mantep banget laahh, aku sudah tertipu duakalii~
iya nih, maklum nama juga bayar murah ya kalo ada anak presiden yang mau nyewa gedung gini jadinya
Replyiya wawan adalah pacar sementara gue bang.
ReplyMakasih loh abang :0
jadi aku membuat kamu tertipu dua kali? Aku enggak kayak agen MLM kan kalo menipu dalam tulisan begini?
Replyah kamu mah kurang peka, kan lebel nya udah 'cerpen'
Tapi makasih loh udah sempet baca...
Eh. Mas Wawan itu bukan gue, kan?
ReplyKok, ciri-cirinya mirip. :p
Kok lu agak ge'er si bang....
ReplyHahaa. Maap.. Gak liat lebelnyaa.. langsung liat judulnya doang XD
ReplyGue pikir si Wawan tadinya pacar lo dik. Untung bukan. HUehehehe. :))
ReplyAnyway, salam kenal yaa. Baru pertama main ke sini nih! \(w)/
Baca dulu atuh. :))
ReplyBuahahaha taeee. Ending yang sangat menipu.
ReplyBtw, yang sotoy soal nunggu kereta kok mirip gue, ya. Gue juga pernah salah. XD
Gue lagi enggak minat pacaran sama cowok bang, eh
ReplyAsik, semoga betah ya main kesini nyaaa
gue bingung harus gimana biar mereka bisa bertemu
Replycie kisahnya sama dengan si wawan
Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon