Menjadi pengajar di Masa Pandemi

12/12/2021

Maret 2020 menjadi awal dari suatu masa yang umurnya hampir 2 tahun. Banyak orang yang terdampak, di segala sendi kehidupan, di banyak wilayah Indonesia. Banyak bidang yang mau tidak mau harus menyesuaikan diri, apalagi bidang yang memfasilitasi orang-orang untuk berkumpul. Memfasilitasi salah satu kebutuhan paling dasar manusia, berkumpul dengan manusia lainnya.

Kita dipaksa, untuk sementara waktu, membuat jarak satu sama lain. Tidak ada yang boleh bertemu tatap muka. Yang ternyata setelah dua tahun menjadi hal yang paling dirindukan. Mall ditutup, tempat rekreasi, bioskop, bahkan dunia Pendidikan pun tak luput dari penghentian sementara itu.

Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kita sedang menghadapi sesuatu yang bahkan dunia Pendidikan pun harus mengalah. Bidang paling penting dalam membentuk manusia masa depan, bidang yang membuat anak bangsa bisa jadi presiden, tentara, arsitek, ahli teknologi dan banyak profesi lainnya.

Sebagai pendidik kita dituntut keadaan, dipaksa harus menyesuaikan beragam pola pembelajaran yang awalnya cocok untuk dengan interaksi antar siswa dalam kelas, menjadi hanya sebatas tatap maya. Ada banyak yang harus disesuaikan. Tidak ada interaksi fisik yang bisa dilakukan, tidak bisa berolahragama bersama, berbagi cemilan saat istirahat, atau sebatas canda tawa disela-sela jam belajar.

Tidak ada praktek yang bisa dilihat dan dilaksanakan langsung oleh siswa. Semua hanya bisa mereka lihat di gawai nya masing-masing. Begitulah yang terjadi di tiga bulan awal belajar dari rumah tahun kemarin. Karena semua rencana sudah dirancang kita sebagai pendidik belum siap untuk melakukan penyesuaian di awal-awalnya.

Seiring berjalannya waktu, saya sebagai pendidik menemukan beragam cara agar siswa tetap menantikan pertemuan tatap muka tiap harinya. Apalagi saya mengajar di kelas 2 SD selama 2 tahun masa pandemi saya memutar otak agar siswa tidak bosan atau mengantuk. Mulai dari membuat media pembelajaran yang menarik, menyelipkan permainan edukasi (misal quiziz, worldwall, kahoot), ice breaking saat pembelajaran atau sebatas pertanyaan-pertanyaan sederhana tentang keseharian untuk memancing perhatian mereka.

Kita paham bahwa saat pembelajaran tatap muka pun, tidak semua materi bisa disampaikan di dalam ruang kelas. Saat materi tentang hewan dan tanaman misalnya, kita perlu berjumpa langsung dengan tanaman atau hewan yang dipelajari. Saat pandemi hal tersebut bisa disiasati dengan melakukan pemantauan langsung oleh guru dan dilihat oleh siswa melalui gawai nya masing-masing, tidak maksimal memang tapi paling tidak mereka bisa melihat guru berinteraksi secara langsung.

Saat materi bernyanyi saya bisa melaksanakan pentas mini saat tatap muka, tapi saat tatap maya saya bisa meminta siswa bernyanyi bersama di aplikasi video conference seperti zoom. Ada yang berperan memainkan alat musik perkusi yang ada di rumah, ada yang sebagai suara satu, suara dua dan sebagainya. Seolah kami sedang melakukan konser mini di kelas.

Saat materi tentang uang jika tatap muka mungkin saya bisa membuat semacam pasar kelas, tapi dengan tatap maya saya bisa mengarahkan siswa untuk berjualan secara daring. Memberi pengalaman mereka menjawab pertanyaan calon pembeli, membuat video atau foto promosi, dan melakukan pengiriman. Menjadikan materi tersebut bisa terintegrasi dengan materi pembelajaran lain.

Untuk mengurangi kebosanan belajar dari rumah, saya selingi dengan meminta bantuan orang tua siswa untuk berbagi pengalaman mengenai profesi nya kepada anak-anak. Memberi gambaran pada siswa akan dunia kerja nanti, dan sebagai rujukan cita-cita mereka kelak.

Dicky Renaldy,

Bekasi, 24 November 2021

Sehari menuju Hari Guru Nasional.

Seorang guru muda yang akan selalu belajar dari peserta didiknya, karena "Pembelajaran tidak hanya terjadi dari guru ke peserta didik, namun sebaliknya pun demikian".
Terimakasih Sudah Membaca

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

2 kicauan

Write kicauan
Lulu Anditha
AUTHOR
24 Desember 2021 pukul 22.14 delete

Halo, Bang Dicky! Wuiihh, hebatt masi apdet! :D Jadi guru SD kelas 2, keren euyy. SUlit banget pasti ngatur anak2nya :') harus bsa mkir cepat dan siasat biar anaknya gak bosen yaa. Aapalagi pas tetiba jd pembelajaran online yaa, biarpun gak maksimal tp tetep diusahakan biar maksimal. Keren sih, apalagi sistem belanja online tsb.. anak kelas 2 SD.. Wahh, gue belajar belanja online aja SMA wkwk. Jaman sudah berubaahh~ Mangatt trs jd pengajar, Bang! Smga ilmu mu bermanfaat bagi anak2 penerus bangsa supaya lebih maju dan kreatif:D

Reply
avatar
Dicky Renaldy
AUTHOR
2 Januari 2022 pukul 00.51 delete

HAI LUULUUUUUU LONG TIME NO SEE YOU IN PERSON..

Bagaimana kabarmu?

iya bisa dibilang mereka dapet dapet online disaat mereka butuh butuhnya interaksi sama temen. Apalagi mereka bertemu sama temen dan belajar yang sesungguhnya malah saat TK.
agak kasian si, cuma ya mau gimana? Kita enggak bisa nolak, kan?

Bismillah mesti kreatif memang di kondisi ini.

Reply
avatar

Komentar tanpa moderasi tapi saya akan perhatikan setiap komentar.
I Love your comment EmoticonEmoticon